Beranda | Artikel
Mengenal Allah dan Bersandar kepada-Nya Adalah Sumber Kebaikan
Jumat, 27 September 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Mengenal Allah dan Bersandar kepada-Nya Adalah Sumber Kebaikan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 15 Rabiul Awal 1446 H / 19 September 2024 M.

Kajian Islam Tentang Mengenal Allah dan Bersandar kepada-Nya Adalah Sumber Kebaikan

Dengan semakin mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, seorang hamba akan semakin mencintai-Nya, memuji-Nya, tunduk kepada-Nya, dan memurnikan rasa takut dan pengharapannya hanya kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mensifati hamba-hamba yang beriman di dalam Al-Qur’an, mereka adalah orang-orang shalih, yang dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Mereka sendiri berlomba-lomba mencari wasilah (sebab) untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di antara mereka, siapa yang paling dekat kepada-Nya justru adalah yang paling bersungguh-sungguh dalam mencari rahmat-Nya dan takut akan siksaan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ…

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS. Al-Isra’ [17]: 57)

Inilah pentingnya ilmu yang agung ini adalah agar kita semakin yakin untuk bersandar hanya kepada Allah, meminta hanya kepada Allah, dan ridha terhadap segala ketentuan-Nya. Kita hanya mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, hanya takut dan berharap kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan persaksian-Nya dalam Al-Qur’an tentang cara-Nya menegur hamba-hamba-Nya dengan kelembutan yang luar biasa. Ketika Allah menegur orang-orang yang beriman, teguran itu dilakukan dengan cara yang paling halus. Bersamaan dengan teguran tersebut, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka, mengampuni ketergelinciran-ketergelinciran, menerima uzur-uzur mereka, memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi, membela mereka, serta selalu menolong dan melindungi mereka.

Dalam surat Al-Hadid, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegur orang-orang beriman -dan sungguh mereka membutuhkan teguran ketika melakukan kesalahan- tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menegur dengan cara yang lembut. Allah berfirman:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah Allah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang ahli kitab sebelumnya yang telah melalui masa yang panjang akhirnya hati mereka menjadi keras, dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid [57]: 16)

Ini adalah teguran yang sangat lembut dari Allah. Allah mengingatkan mereka bahwa sudah ada petunjuk di hadapan mereka, yakni wahyu yang membawa kepada kebaikan. Wahyu ini seharusnya menjadi sebab bagi mereka untuk menghilangkan kelalaian.

Meskipun demikian, Allah tetap mengampuni kesalahan hamba-hamba-Nya, memaafkan dosa-dosa, menerima udzur mereka, memperbaiki hal-hal yang rusak, menjaga, serta membela mereka dari musuh-musuh mereka. Dialah yang menyelamatkan mereka dari semua kesusahan dan menepati janji-Nya untuk mereka. Yakni selama hamba itu masih berdoa dan memohon ampun serta mengharapkan karunia-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Allah berfirman:

“Wahai manusia, selama engkau terus berdoa kepada-Ku dan berharap pengampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni segala dosa-dosamu, dan Aku tidak peduli seberapa besar dosa-dosa itu.” (HR. At-Tirmidzi)

Lihat: Hadits Arbain Ke 42 – Tiga Hal Yang Bisa Menghapuskan Dosa

Hadits ini menunjukkan betapa luas dan sempurnanya rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah adalah wali (pelindung) mereka, serta sebaik-baik penolong dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Allah adalah sebaik-baik pelindung dan penolong, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Jika Allah menolongmu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah berpaling darimu, maka siapa yang dapat menolongmu selain Allah? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 160)

Renungkanlah, jika Allah yang Mahakuat dan Mahaperkasa yang menjanjikan perlindungan dan pertolongan, bagaimana mungkin seorang hamba tidak merasa tenang ketika ia bersandar kepada-Nya? Tidak ada makhluk yang mampu melemahkan atau mengalahkan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah yang akan menjadikan seorang hamba semakin tenang dengan tauhidnya dan semakin yakin dengan penyerahan hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan demikian, dia akan meraih kedudukan yang mulia, mencapai tauhid yang sempurna, dan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah, bahkan dalam menghadapi tipu daya setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan dalam Al-Qur’an:

إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan hanya bertawakal kepada Allah semata.” (QS. An-Nahl [16]: 99)

Inilah yang akan menjadikan seorang hamba tenang dalam menjalani hidupnya. Oleh karena itu, mengenal Allah dan bersandar kepada-Nya dengan mantap adalah sumber segala kebaikan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan tentang keutamaan orang yang berdzikir, terutama ketika keluar rumah. Ketika seseorang membaca doa:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

“Dengan nama Allah aku bertawakal kepada-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya.” Maka dikatakan kepadanya: “Sungguh, kamu telah dicukupi segala urusanmu, kamu telah diberi hidayah, dan kamu telah dijaga dari segala keburukan.”

Mendengar ucapan ini, setan yang selalu mengganggu manusia dalam setiap keadaan, termasuk saat keluar rumah, akan berkata kepada temannya yang lain: “Bagaimana mungkin kamu bisa menggoda seorang hamba yang telah dijamin dicukupi dalam segala urusannya, diberi hidayah, dan dijaga dari semua keburukan?” (HR. Abu Dawud)

Lihat: Doa Keluar Rumah

Dengan demikian, seorang hamba yang senantiasa bertawakal kepada Allah akan selalu mendapatkan penjagaan dan perlindungan dari segala keburukan.

Masya Allah, siapa yang mendapatkan hal ini? Adalah orang yang yakin dengan kemahakuasaan dan kemahaperkasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang yakin akan penjagaan dan pertolongan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat mencelakakannya atau menimpakan keburukan kepadanya selama Allah Subhanahu wa Ta’ala melindunginya.

Maka apabila hati manusia menyaksikan dari ayat-ayat Al-Qur’an bahwa Allah adalah Yang Maha Menguasai alam semesta, Mahaagung, Maha Penyayang, Mahadermawan, dan Mahaindah, maka hati manusia akan terdorong untuk berlomba-lomba mencintai dan mendekat kepada-Nya. Metode Al-Qur’an adalah metode yang paling indah dalam menumbuhkan cinta kepada agama, semangat beribadah, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Allah memperkenalkan diri-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dengan mengenal Allah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna, hati manusia pasti akan tertarik dan ingin dekat kepada-Nya. Karena hati manusia secara fitrah mencintai keindahan, apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Mahaindah. Manusia juga menyukai pihak yang berbuat baik kepadanya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Al-Muhsin (Yang Maha Berbuat Baik), Al-Barr (Maha Melakukan Kebaikan) Al-Mannan (Maha Pemberi Karunia), Al-Wahhab (Maha Pemberi Anugerah).

Allah memiliki sifat-sifat kebaikan yang sempurna, sehingga hati yang mengenal Allah pasti akan mencintai-Nya dan berlomba-lomba untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut dalam Al-Qur’an tentang hamba-hamba-Nya yang shalih dan bertakwa, yang memiliki pengetahuan yang paling sempurna tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam melakukan kebaikan:

أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 61)

Inilah sebab mereka berlomba-lomba dalam kebaikan. Sesuatu yang kita cintai pasti membuat kita senang berada dekat dengannya. Kita akan merasakan kenikmatan ketika melakukan hal-hal yang dicintai-Nya.

Ada sebuah kaidah yang disebutkan dalam kitab ini, yang akan kita bahas lebih lanjut, insya Allah. Kenikmatan itu mengikuti rasa cinta. Jika kita mencintai Allah, maka kita pasti akan merasakan kenikmatan ketika dekat dengan-Nya, dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada-Nya, serta dalam memahami dan mengamalkan agama ini. Karena, kelezatan itu mengikuti rasa cinta—semakin besar rasa cinta, semakin besar pula kenikmatan yang kita rasakan.

Berarti jika seseorang belum bisa merasakan nikmatnya ibadah, yakinlah bahwa cinta kepada Allah di dalam hatinya pasti lemah. Terlebih lagi jika ia justru lebih merasakan kenikmatan ketika melakukan urusan-urusan dunia, berarti kecintaannya kepada dunia lebih besar dibandingkan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki kekurangan kita yang sangat besar.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54519-mengenal-allah-dan-bersandar-kepada-nya-adalah-sumber-kebaikan/